Minggu, 24 Januari 2016

pengertian khat

Pengertian Khat :

Dari segi bahasa : Memindahkan idea-idea dari alam pemikiran, kekuatan imaginasi kepada alam nyata atau metarial seperti kertas,kulit ,batu dan sebagainya melalui hasil kerja pena dan tangan sesetengah ahi bahasa menyamakan makna khat dengan tulisan simbolik nombor kaligrafi dan hireografi.


Dari segi istilah : Mengambarkan lafaz-lafaz dan ibarat dalam bentuk huruf-huruf alfobel ( huruf-huruf ejaan ) dan abjad mengikut hukum - hukum tertentu seperti seni tata letak , atur huruf, reka bentuk, tanda bernoktah, penyusunan dan sebagainya ( mengikut takrif pengarang Jam'ul Jawaami )

Tujuan Mempelajari Seni Khat :

·         Memelihara al-Quran dengan tulisan.
·         Menjunjung wahyu Ilahi
·         Membantu meninggikan syiar Islam melalui penyebaran wahyu Allah dengan tulisan khat.
·         Memelihara dan mencatat ilmu-ilmu Islam dan khazanah warisan lampau yang menjadi rujukan muslimin sejagat.

Persediaan Yang Perlu Ada Bagi Setiap Pelajar Yang Ingin Mempelajari Seni Khat

Terbagi kepada dua yaitu :


1).Persediaan Fisikal

Tubuh badan yang sihat dan anggota yang sempurna. Walau bagaimanapun tidak menjadi masalah dan halangan bagi orang yang sempurna atau tidak cukup sifatnya asalkan mempunyai minat yang mendalam. Sebuah kisah penulis wanita, “Bintu Khaddan Wardi”. Sebagaimana yang telah dinaskan oleh Ishak dalam kitabnya tentang cerita pada zaman Raja al-Kamil pada bulan Syawal 624H telah datang dari Iskandariah seorang perempuan yang tidak menpunyai kedua belah tangan hingga ke siku.

Beliau melakukan segala kerja sebagaimana perempuan-perempuan lain dengan menggunakan kaki. Seorang menteri telah menemuinya dan membawa dakwat, kalam dan pisau lalu diberikan kepada perempuan tersebut. Dakwat itu diambil oleh perempuan tersebut dengan kaki kirinya, kemudian diambil kalam dan diraut dengan pisau, diasah, dibelah dan dipotong melintang kalam tersebut. Seterusnya diambil kertas dan memegangnya dengan kaki kiri dan menulis dengan kaki kanan dengan lebih baik dan cantik dari apa yang ditulis oleh penulis dengan tangan kanan mereka. Maha Suci Allah yang menjadikan sesuatu itu tidak sia-sia. Semoga cerita ini menjadi pendorong dan semangat kepada mereka yang betul-betul berminat untuk mendalami secara lebih luas dalam bidang seni khat ini.


2).Persediaan Mental


·         Minat yang mendalam
·         Emosi yang tenang
·         Ketekunan yang jitu
Sifat semula jadi Khat :
Sifat ini dibagi menjadi tiga bagian :
1.Khat dari perpektif ilmu : Khat mempunyai asal -usul yang tetap dan kaedahnya mantap lagi tersendiri seperti mana yang telah direkaciptakan oleh orang -orang terdahulu sebelum ini. Mereka merupakan Pelopor kaedah- kaedah tersebut sebagai usaha petunjuk dan pemudah cara kepada generasi yang akan datang. Bagi menguasai dunia seni khat, seseorang itu hendaklah benar-benar mahir dan biasa dengan kaedah tersebut . 

2.Khat dari sudut kesenian : Secara amnya ,dapatlah digambarkan bahwa ia mempunyai keindahan semula jadi, Ia akan terhasil dari pada kematangan pemikiran penulis didalam mengimaginasikan dan sekaligus menterjemahkan didalam bentuk tulisan sehingga mampu melahirkan rumpun kalimah yang begitu indah dan abstrak. Setiap penulisan mempunyai keunikan semulajadi tersendiri mengikut luahan rasa jiwa masing-masing. Keindahan ini tidak akan berhasil tanpa Adanya latihan yang berterusan dan berpanjangan.

3.Khat dari sudut falsafah : Setiap jenis khat mempunyai falsafah yang tersendiri contoh :
1) Khat Kufi : Khat ini telah muncul sejak zaman jahilliyan lagi dan bercirikan bentuk tulisan tegak dan berpetak ia amat sesuai dengan jiwa dan sifat mereka yang semulajadi sukakan kekasaran dan kekerasan .
2) Khat Thuluth (tsulus) Ia muncul pada zaman kerajaan Abbasiyah .Pada zaman ini telah berlaku perubaha yang begitu pesat dalam dunia senireka huruf dan lakaran hiasqan corak Ini bersesuaian dengan masyarakatnya yang cintakan ilmu pengetahua.


Jenis-jenis Khat ada dibawah ini :
 

1. Khat Diwani
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak mempunya lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.
Diwani memiliki tiga macam bentuk, yaitu:
a. Khat Diwani 'Adi
Diwani 'Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai struktur tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.
b. Khat Diwani Mutarabit
Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis khat Diwani Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir merupakan tokohnya. Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak dijadikan acuan, sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini kepada Gazlan sehingga disebut Khat Diwani Gazlani.
c. Khat Diwani Jali
Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh di dalamnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.
2. Khat Tsuluts
Dinamakan khat tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya, khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain:
a. Khat Tumar
Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip.
b. Khat Muhaqqaq
Penciptanya adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.
c. Khat Raihani
Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.
d. Khat Tawqi'
Tawqi' artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran yang bervariasi.
e. Khat Riqa' atau Ruqa'
Riqa' jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.
f. Khat Tsulusain
Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.
g. Khat Musalsal
Diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau berikatan.
h. Khat Tsuluts 'Adi
Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).
i. Khat Tsuluts Jali
Jali artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.
j. Khat Tsuluts Mahbuk
Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian (husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik di tempat-tempat yang strategis.
k. Khat Tsuluts Muta'assir bil Rasm
Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya.
l. Khat Tsuluts Handasi
Gaya ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.
m. Khat Tsuluts Mutanazhir
Mutanazhir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.
3. Khat Naskhi
Seni khat bukan hanya sekedar wacana penyampai maklumat tetapi mengandungi nilai-nilai abstrak yang disimpulkan dengan kehalusan, kelembutan, kesinambungan, perhubungan, pergerakan, keharmonian dan sebagainya.

Dunia Khat Juga mengalami pertumbuhan-pertumbuhan atau perkembangan, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.       Pertumbuhan Khat Dan Tulisan Arab Pada Zaman Jahiliyah

Terdapat pelbagai pendapat antaranya:


Khat yang berbentuk tawqifi'. Kelahiran khat ini ada kaitan dengan sumber ketuhanan. Aliran ini berpendapat bahawa Nabi Adam a.s. adalah pengasas segala bentuk tulisan. Nabi Adam mempelajari daripada Allah dan menulisnya ke dalam pelbagai buku. Setelah banjir surut, setiap bangsa menerima  buku masing-masing. Buku bertulisan Arab menjadi milik Nabi Ismail a.s.


Seni khat terdiri daripada khat al-Musnad juga dikenali sebagai khat Arab Utara atau Khat Humairi. Khat ini telah tersebar di persekitaran al-Mundhir dan Syam (Syria). Ini berlaku semasa rombongan perniagaan di antara orang Arab Yaman dan orang Arab yang bermukim di Syria, dan Iraq di utara Semenanjung Tanah Arab. Melalui mereka, khat ini dibawa secara langsung ke bumi Hijaz.


Berkembang hasil daripada khat Nibti (Nabatea). Berdasarkan kepada pendapat G.J Klehr pada pertengahan pertama abad ke-18 terdapat hubungan antara khat Arab dengan khat Nubti (172M). Menurut Th. Noldeke khat Arab berkembang daripada khat Nubti (1865M). Berdasarkan kepada kajian tentang hasil-hasil ukiran sebelum Islam dan pada abad pertama Hijrah, menunjukkan khat Arab terbit daripada khat Nibti. Ukiran tertua yang dapat dijadikan bukti peringkat-peringkat penyebaran dalam perkembangan khat Nibti yang berlaku pada penghujung abad yang ke-3 dan abad ke-4 masihi telah dijumpai di Umm al-Jamal (250M) dan Nammarah (328M). Kedua-dua ukiran ini, adalah dalam bahasa dan tulisan Nibti.

2. Zaman Rasulullah Dan Sahabat
Islam telah datang membawa perubahan yang besar terutama dalam bidang penulisan. Penulisan telah menjadi perantaraan terpenting dalam penetapan pencatatan, pengajaran dan penghebahan sehingga ia berkembang luas. Selepas hijrah nabi, seni khat telah menjadi manifestasi bagi suatu perubahan yang agung mengatasi perkembangannya selama tiga abad selepas itu

Penurunan surah al-Alaq ayat 1-5 kepada junjungan mulia Nabi Muhammad telah menjadi titik tolak kepada penulisan. Penulisan telah menjadi penting apabila ia digunakan untuk menulis ayat-ayat suci al-Quran dan terpelihara sehingga kini. Kemudian turun pula ayat-ayat lain yang sering mengaitkan penulisan dengan sumber ketuhanan dan memerintahkan penggunaannya sehinggalah tulisan mendapat kedudukannya dalam kehidupan umat Islam sebagai salah satu keperluan asas. 

Pada zaman Nabi Muhammad, baginda memerintahkan para sahabat merakamkan semua maklumat dengan tulisan dan mewasiatkan mereka memelihara tulisan tersebut. Baginda menggesa mereka mengajar anak-anak mereka membaca dan menulis. Rasulullah s.a.w juga pernah mengarahkan setiap tawanan perang Badar yang baik tulisan dan bacaannya supaya mengajar anak-anak orang Islam seramai 10 orang sebagai bayaran penebusan diri mereka.

Surat Rasulullah s.a.w. kepada Al-Munzir bin Sawi, Raja Bahrin.
Pada zaman Khulafa’ al-Rasyidin penulisan semakin bertambah dengan meluasnya penggunaan tulisan dalam urusan-urusan agama, pentadbiran dan mu’amalat harian. Zaman pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khattab r.a. (13-23H / 634-644M), sekolah-sekolah didirikan dan guru-guru dilantik.

Apabila para penghafaz al-Quran semakin berkurangan disebabkan syahid di medan peperangan pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Siddiq, beliau telah mengarahkan Zaid bin Thabit mengumpul dan menulis al-Quran.


Pada zaman Khalifah Uthman bin Affan r.a. (23-53H / 644-656M) timbul kepelbagaian cara membaca al-Quran, maka beliau mengambil lembaran-lembaran yang dicatat oleh Zaid bin Thabit dan diletakkan dalam simpanan Hafsah binti Umar r.a. Khalifah Uthman bin Affan telah mencatatkan sebuah mushaf yang dikenali sebagai Mushaf al-Imam. Beliau telah mengarahkan Zaid bin Thabit, Abdul Rahman bin Amru al-Asr, Abdullah bin al-Zubir, Ibn al-Abbas dan Abdul Rahman bin al-Harith bin Hisham supaya menyalin semula naskhah untuk dihantar ke seluruh pelusuk negeri. 

3.       Zaman Pemerintahan Bani Umaiyah

Pada zaman Bani Umaiyah, khat mula berkembang maju. Bentuk tulisan pada ketika itu lebih lembut mempunyai nilai estetika yang tinggi. Tanda titik dan baris mula diperkenalkan untuk memudahkan orang-orang ajam (selain bangsa Arab) mengenali tulisan Arab. Ziad (Dato’ Bandar Basrah) merupakan penulis wahyu Rasullullah meminta Abu Aswad al-Du'ali meletakkan tanda titik pada tahun 45 Hijrah, kemudian perletakan baris disempurnakan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Disamping itu penggunaan kertas yang terkenal dengan nama ‘kertas Syami’ adalah salah satu langkah positif dalam usaha meningkatkan penulisan seni khat.

Daya Usaha Khalifah Umaiyah
Khalifah Umaiyah telah berusaha untuk menyatukan penulis khat dengan memberikan kedudukan istimewa kepada mereka. Pemerintahan Umaiyah di Syam (Syria) merupakan pemerintah yang mula-mula sekali menekankan penggunaan tulisan khat. Pemerintah Umaiyah telah mengambil langkah mengembangkan seni khat semenjak mula lagi dengan menggunakan ukiran di marmar dan lantai batu berbunga, ukiran huruf dan bunga-bunga di masjid, umpamanya kubah Masjid Baitul Maqdis, Masjid Umawi di Damsyiq, Istana Khiar dan Istana Jusaq. Manakala golongan yang kaya pula berusaha menghiasi al-Quran dengan menjilidkannya serta menghiasi dinding-dinding istana dengan tulisan-tulisan khat yang indah.

4.       Zaman Pemerintahan Abbasiyah

Terdapat dua tokoh yang terkenal iaitu al-Dhahlaq bin Ajalan semasa pemerintahan Abu al-Abbas al-Saffah dan khattat Ishaq bin Hammad pada masa pemerintahan khalifah al-Mansur dan al-Mahdi. Pada zaman pemerintahan kedua-dua khalifah, terdapat sebelas jenis khat, antaranya:


·         Khat Al-Sijillat
·         Khat Al-Jalil
·         Khat Al-Dibaj
·         Khat Al-Tumar
·         Khat Al- Thuluthain
·         Khat Zanbur (dari Thaqil Thuluth)
·         Khat Al-Mufattah
·         Khat Al-Mudammirat
·         Khat Al-Uhud (dari khat Al-Haram)
·         Khat Al-Qasas
·         Khat Al-Khirfaj (dari khat Dibaj)

Kemuncak Estetika Seni Khat
Keindahan seni khat telah sampai ke kemuncaknya pada tahun 300 Hijrah di tangan ‘bapa’ khat Arab, iaitu Abu Ali Muhammad bin Muqlah, merupakan seorang penulis, penyair, khattat (penulis khat) dan seorang menteri di Baghdad (272-328H / 885-939M). Beliau mempelajari khat daripada al-Ahwal al-Muharral dan merupakan orang yang mula-mula mencipta kaedah menilai penulisan khat dengan menggunakan alif sebagai asas penentuan bentuk huruf, maka terhasillah daripadanya khat yang indah dengan kaedah yang mantap ini dan seterusnya berkembang di timur dan barat

5.   Zaman Kerajaan Fatimiyah

Pada tahun 259-566 Hijrah, pelbagai usaha telah dijalankan untuk meningkatkan kehebatan seni khat melalui pendekatan pengindahan pada istana-istana, singgahsana, peralatan rumah, hadiah atau barang-barang antik mereka. Pusat seni khat di Mesir atau dikenali sebagai Dewan Insya’ di ketuai oleh seorang penulis yang handal dan diberikan gelaran sebagai ‘Dastus-Syarif’. Kerajaan Fatimiyah sentiasa memberikan perhatian kepada seni khat terutamanya pada zaman Kerajaan al-Ayubi dan kerajaan Mamluki.


6.   Zaman Pemerintahan Kerajaan Turki

Antara langkah-langkah yang diambil oleh kerajaan Turki untuk memperindah dan mengembangkan seni khat ialah :


Masyarakat memberikan penilaian yang tinggi kepada seni khat, kerana penulis khat berperanan menulis al-Quran, menyalin penulisan sastera dan syair dengan indah berilhamkan ayat-ayat  al-Quran dan Hadis.


Kerajaan Turki telah menggunakan pelbagai jenis khat dalam pentadbiran kerajaan, urusan diraja dan ketenteraan. Dalam kurun kesebelas hijrah umpamanya, terdapat lebih kurang 30 jenis tulisan.


Pemerintahan Kerajaan Turki amat menyanjungi tokoh khat dan seni khat. Ini terbukti apabila penulis buku Mira’tul-Haramain (Cermin Dua Tanah Haram) mengatakan: “Penulis khat sultan mendapat gaji sebanyak 400 lera emas Uthmaniyah sebulan”.


Kerajaan Uthmaniyah menonjolkan seni khat sebagai satu ciri publisiti untuk mengukuhkan dasar pemerintahan terhadap rakyat. Di masjid agung Bursyah, Turki umpamanya terdapat slogan berbunyi “Sultan adalah bayangan Allah s.w.t di muka bumi”, dengan ukuran empat meter persegi. Demikian juga terdapat pelbagai slogan di dalam masjid yang lain di Istanbul bertujuan sebagai publisiti kepada sultan. Antaranya ungkapan “pemerintahan yang memberi ilham”, “doa sultan sumber keampunan”, dan lain-lain lagi.


Gereja-gereja banyak dihiasi dengan patung-patung dan gambar-gambar, lalu kerajaan Uthmaniyah menampilkan imej Islam melalui pendekatan menghiasi masjid-masjid dengan tulisan khat. Tulisan khat juga diabadikan untuk memperindah tembok-tembok istana, kolam mandi, bangunan di perkuburan, air pancutan, peralatan, barang-barang kemas dan pakaian.




Islam menolak penggunaan bentuk tulisan dan gambar. Ini memberikan cabaran kepada mereka yang mempunyai bakat seni dalam dirinya untuk menggambarkan aspirasinya. Dengan ini membuka ruang yang luas kepada seni khat mengambil alih tugas tersebut.

contoh bentuk khat:













 



 

 



 
 
 




 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar