Pengertian Khat :
Dari segi bahasa : Memindahkan idea-idea dari alam pemikiran,
kekuatan imaginasi kepada alam nyata atau metarial seperti kertas,kulit ,batu
dan sebagainya melalui hasil kerja pena dan tangan sesetengah ahi bahasa
menyamakan makna khat dengan tulisan simbolik nombor kaligrafi dan hireografi.
Dari segi istilah : Mengambarkan lafaz-lafaz dan ibarat dalam
bentuk huruf-huruf alfobel ( huruf-huruf ejaan ) dan abjad mengikut hukum -
hukum tertentu seperti seni tata letak , atur huruf, reka bentuk, tanda
bernoktah, penyusunan dan sebagainya ( mengikut takrif pengarang Jam'ul Jawaami
)
Tujuan Mempelajari Seni Khat :
·
Memelihara al-Quran dengan tulisan.
·
Menjunjung wahyu Ilahi
·
Membantu meninggikan syiar Islam melalui
penyebaran wahyu Allah dengan tulisan khat.
·
Memelihara dan mencatat ilmu-ilmu Islam
dan khazanah warisan lampau yang menjadi rujukan muslimin sejagat.
Persediaan Yang Perlu Ada Bagi Setiap
Pelajar Yang Ingin Mempelajari Seni Khat
Terbagi kepada dua yaitu :
1).Persediaan Fisikal
Tubuh badan yang sihat dan anggota yang
sempurna. Walau bagaimanapun tidak menjadi masalah dan halangan bagi orang yang
sempurna atau tidak cukup sifatnya asalkan mempunyai minat yang mendalam.
Sebuah kisah penulis wanita, “Bintu Khaddan Wardi”. Sebagaimana yang telah
dinaskan oleh Ishak dalam kitabnya tentang cerita pada zaman Raja al-Kamil pada
bulan Syawal 624H telah datang dari Iskandariah seorang perempuan yang tidak
menpunyai kedua belah tangan hingga ke siku.
Beliau melakukan segala kerja sebagaimana
perempuan-perempuan lain dengan menggunakan kaki. Seorang menteri telah
menemuinya dan membawa dakwat, kalam dan pisau lalu diberikan kepada perempuan
tersebut. Dakwat itu diambil oleh perempuan tersebut dengan kaki kirinya,
kemudian diambil kalam dan diraut dengan pisau, diasah, dibelah dan dipotong
melintang kalam tersebut. Seterusnya diambil kertas dan memegangnya dengan kaki
kiri dan menulis dengan kaki kanan dengan lebih baik dan cantik dari apa yang
ditulis oleh penulis dengan tangan kanan mereka. Maha Suci Allah yang
menjadikan sesuatu itu tidak sia-sia. Semoga cerita ini menjadi pendorong dan
semangat kepada mereka yang betul-betul berminat untuk mendalami secara lebih
luas dalam bidang seni khat ini.
2).Persediaan Mental
·
Minat yang mendalam
·
Emosi yang tenang
·
Ketekunan yang jitu
Sifat semula jadi Khat :
Sifat ini dibagi menjadi tiga bagian :
1.Khat dari perpektif ilmu : Khat mempunyai asal -usul yang tetap dan
kaedahnya mantap lagi tersendiri seperti mana yang telah direkaciptakan oleh
orang -orang terdahulu sebelum ini. Mereka merupakan Pelopor kaedah- kaedah
tersebut sebagai usaha petunjuk dan pemudah cara kepada generasi yang akan
datang. Bagi menguasai dunia seni khat, seseorang itu hendaklah benar-benar
mahir dan biasa dengan kaedah tersebut .
2.Khat dari sudut kesenian : Secara amnya ,dapatlah digambarkan bahwa ia mempunyai keindahan semula jadi, Ia akan terhasil dari pada kematangan pemikiran penulis didalam mengimaginasikan dan sekaligus menterjemahkan didalam bentuk tulisan sehingga mampu melahirkan rumpun kalimah yang begitu indah dan abstrak. Setiap penulisan mempunyai keunikan semulajadi tersendiri mengikut luahan rasa jiwa masing-masing. Keindahan ini tidak akan berhasil tanpa Adanya latihan yang berterusan dan berpanjangan.
3.Khat dari sudut falsafah : Setiap jenis khat mempunyai falsafah yang tersendiri contoh :
1) Khat
Kufi : Khat ini telah muncul sejak zaman jahilliyan lagi dan bercirikan bentuk
tulisan tegak dan berpetak ia amat sesuai dengan jiwa dan sifat mereka yang
semulajadi sukakan kekasaran dan kekerasan .
2) Khat Thuluth (tsulus) Ia muncul pada zaman kerajaan Abbasiyah .Pada zaman ini telah berlaku perubaha yang begitu pesat dalam dunia senireka huruf dan lakaran hiasqan corak Ini bersesuaian dengan masyarakatnya yang cintakan ilmu pengetahua.
Jenis-jenis Khat ada dibawah ini :
2) Khat Thuluth (tsulus) Ia muncul pada zaman kerajaan Abbasiyah .Pada zaman ini telah berlaku perubaha yang begitu pesat dalam dunia senireka huruf dan lakaran hiasqan corak Ini bersesuaian dengan masyarakatnya yang cintakan ilmu pengetahua.
Jenis-jenis Khat ada dibawah ini :
1. Khat Diwani
Diwani adalah salah satu gaya khat yang
diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran
huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Tulisan ini mulai populer setelah
penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H.
Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah dimana
tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat ini
menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter Diwani dikenal dengan
putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak mempunya lengkungan.
Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan
apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.
Diwani memiliki tiga macam bentuk, yaitu:
a. Khat Diwani 'Adi
Diwani 'Adi merupakan gaya khat yang
tampil biasa ('adi) sesuai struktur tulisan, sehingga mudah dibaca. Ciri
tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya berbaris datar dengan
pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.
b. Khat Diwani Mutarabit
Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf
dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan (mutarabit) satu
sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan hasil pengaruh
khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis khat Diwani
Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir merupakan tokohnya.
Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak dijadikan acuan,
sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini kepada Gazlan
sehingga disebut Khat Diwani Gazlani.
c. Khat Diwani Jali
Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha
dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani 'Adi. Jali artinya Jelas.
Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh di dalamnya.
Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan
kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.
2. Khat Tsuluts
Dinamakan khat tsuluts karena ditulis
dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts)
goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat Arab karena gaya ini merupakan
sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya setelah khat
Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan
kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat tsuluts
'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang banyak digunakan
untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya, dianggap paling
sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses
penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya,
khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain:
a. Khat Tumar
Khat yang diciptakan oleh Qutbah
al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis
dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simpel. Khat ini sangat cocok
untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki
menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya Tawamir
bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya khat yang
ditulis di lembaran atau menuskrip.
b. Khat Muhaqqaq
Penciptanya adalah Ibnu Bawab (413 H).
Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip
dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat
diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin
redup dan jarang sekali digunakan, sehingga posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.
c. Khat Raihani
Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga,
namun berhubungan erat dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga
namanya diambil untuk nama khat ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan
kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.
d. Khat Tawqi'
Tawqi' artinya tanda tangan, karena para
khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi' untuk menandatangani
perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu
berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (1124
M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan
Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang
menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada awalnya berfungsi sebagai
cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran yang bervariasi.
e. Khat Riqa' atau Ruqa'
Riqa' jamaknya Ruq'ah artinya lembaran
daun kecil halus yang digunakan untuk menulis khat tersebut. Gaya ini
diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khafif Tsuluts.
Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun yang lebih
benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih kecil
dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian
kisah.
f. Khat Tsulusain
Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari
bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah
Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain
berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong
seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar
yang ditulis sangat besar.
g. Khat Musalsal
Diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga
Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan,
oleh karena itu beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang
berarti saling ikat atau berikatan.
h. Khat Tsuluts 'Adi
Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari
diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab
disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf"
(sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).
i. Khat Tsuluts Jali
Jali artinya wadih (jelas).
Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan
daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar
anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam Tsuluts Jali akan
tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang
ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni
yang permanen.
j. Khat Tsuluts Mahbuk
Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun
rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian (husn al-tawzi') dan
aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengan
tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu tempat sementara tempat
lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya
dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi
adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik di tempat-tempat yang
strategis.
k. Khat Tsuluts Muta'assir bil Rasm
Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha
menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih
bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama
dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam visualisasi mahluk hidup
secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu
menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat
lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan gambar-gambar
simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi
diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk hidup
secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan
populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini,
yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia,
binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya.
l. Khat Tsuluts Handasi
Gaya ini merupakan Tsuluts yang menyusun
huruf dan kata secara geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa
seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.
m. Khat Tsuluts Mutanazhir
Mutanazhir artinya saling memantul.
Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana yang berada disamping kanan
memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin.
Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua
dimensi) d an 'Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak lepas dari pengaruh
kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari
seperti salam dan menjawabnya.
3. Khat Naskhi
Seni khat bukan hanya sekedar wacana penyampai
maklumat tetapi mengandungi nilai-nilai abstrak yang disimpulkan dengan
kehalusan, kelembutan, kesinambungan, perhubungan, pergerakan, keharmonian dan
sebagainya.
Dunia Khat Juga mengalami pertumbuhan-pertumbuhan atau
perkembangan, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Khat Dan Tulisan Arab Pada Zaman Jahiliyah
Terdapat pelbagai pendapat antaranya:
Khat yang berbentuk tawqifi'. Kelahiran khat ini ada
kaitan dengan sumber ketuhanan. Aliran ini berpendapat bahawa Nabi Adam a.s.
adalah pengasas segala bentuk tulisan. Nabi Adam mempelajari daripada Allah dan
menulisnya ke dalam pelbagai buku. Setelah banjir surut, setiap bangsa
menerima buku masing-masing. Buku bertulisan Arab menjadi milik Nabi
Ismail a.s.
Seni khat terdiri daripada khat al-Musnad juga
dikenali sebagai khat Arab Utara atau Khat Humairi. Khat ini telah tersebar di
persekitaran al-Mundhir dan Syam (Syria). Ini berlaku semasa rombongan
perniagaan di antara orang Arab Yaman dan orang Arab yang bermukim di Syria,
dan Iraq di utara Semenanjung Tanah Arab. Melalui mereka, khat ini dibawa
secara langsung ke bumi Hijaz.
Berkembang hasil daripada khat Nibti (Nabatea).
Berdasarkan kepada pendapat G.J Klehr pada pertengahan pertama abad ke-18
terdapat hubungan antara khat Arab dengan khat Nubti (172M). Menurut Th.
Noldeke khat Arab berkembang daripada khat Nubti (1865M). Berdasarkan kepada
kajian tentang hasil-hasil ukiran sebelum Islam dan pada abad pertama Hijrah,
menunjukkan khat Arab terbit daripada khat Nibti. Ukiran tertua yang dapat
dijadikan bukti peringkat-peringkat penyebaran dalam perkembangan khat Nibti
yang berlaku pada penghujung abad yang ke-3 dan abad ke-4 masihi telah dijumpai
di Umm al-Jamal (250M) dan Nammarah (328M). Kedua-dua ukiran ini, adalah dalam
bahasa dan tulisan Nibti.
2. Zaman Rasulullah Dan Sahabat
Islam telah datang membawa perubahan yang
besar terutama dalam bidang penulisan. Penulisan telah menjadi perantaraan
terpenting dalam penetapan pencatatan, pengajaran dan penghebahan sehingga ia
berkembang luas. Selepas hijrah nabi, seni khat telah menjadi manifestasi bagi
suatu perubahan yang agung mengatasi perkembangannya selama tiga abad selepas
itu
Penurunan surah al-Alaq ayat 1-5 kepada
junjungan mulia Nabi Muhammad telah menjadi titik tolak kepada penulisan.
Penulisan telah menjadi penting apabila ia digunakan untuk menulis ayat-ayat
suci al-Quran dan terpelihara sehingga kini. Kemudian turun pula ayat-ayat lain
yang sering mengaitkan penulisan dengan sumber ketuhanan dan memerintahkan
penggunaannya sehinggalah tulisan mendapat kedudukannya dalam kehidupan umat
Islam sebagai salah satu keperluan asas.
Pada zaman Nabi Muhammad, baginda
memerintahkan para sahabat merakamkan semua maklumat dengan tulisan dan
mewasiatkan mereka memelihara tulisan tersebut. Baginda menggesa mereka
mengajar anak-anak mereka membaca dan menulis. Rasulullah s.a.w juga pernah
mengarahkan setiap tawanan perang Badar yang baik tulisan dan bacaannya supaya
mengajar anak-anak orang Islam seramai 10 orang sebagai bayaran penebusan diri
mereka.
Surat Rasulullah s.a.w. kepada Al-Munzir
bin Sawi, Raja Bahrin.
Pada zaman Khulafa’ al-Rasyidin penulisan
semakin bertambah dengan meluasnya penggunaan tulisan dalam urusan-urusan
agama, pentadbiran dan mu’amalat harian. Zaman pemerintahan Khalifah Umar bin
al-Khattab r.a. (13-23H / 634-644M), sekolah-sekolah didirikan dan guru-guru
dilantik.
Apabila para penghafaz al-Quran semakin
berkurangan disebabkan syahid di medan peperangan pada zaman pemerintahan
Khalifah Abu Bakar al-Siddiq, beliau telah mengarahkan Zaid bin Thabit
mengumpul dan menulis al-Quran.
Pada zaman Khalifah Uthman bin Affan r.a.
(23-53H / 644-656M) timbul kepelbagaian cara membaca al-Quran, maka beliau
mengambil lembaran-lembaran yang dicatat oleh Zaid bin Thabit dan diletakkan
dalam simpanan Hafsah binti Umar r.a. Khalifah Uthman bin Affan telah
mencatatkan sebuah mushaf yang dikenali sebagai Mushaf al-Imam. Beliau telah
mengarahkan Zaid bin Thabit, Abdul Rahman bin Amru al-Asr, Abdullah bin
al-Zubir, Ibn al-Abbas dan Abdul Rahman bin al-Harith bin Hisham supaya
menyalin semula naskhah untuk dihantar ke seluruh pelusuk negeri.
3. Zaman
Pemerintahan Bani Umaiyah
Pada zaman Bani Umaiyah, khat mula
berkembang maju. Bentuk tulisan pada ketika itu lebih lembut mempunyai nilai
estetika yang tinggi. Tanda titik dan baris mula diperkenalkan untuk memudahkan
orang-orang ajam (selain bangsa Arab) mengenali tulisan Arab. Ziad (Dato’
Bandar Basrah) merupakan penulis wahyu Rasullullah meminta Abu Aswad al-Du'ali
meletakkan tanda titik pada tahun 45 Hijrah, kemudian perletakan baris
disempurnakan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Disamping itu penggunaan
kertas yang terkenal dengan nama ‘kertas Syami’ adalah salah satu langkah
positif dalam usaha meningkatkan penulisan seni khat.
Daya Usaha Khalifah Umaiyah
Khalifah Umaiyah telah berusaha untuk
menyatukan penulis khat dengan memberikan kedudukan istimewa kepada mereka.
Pemerintahan Umaiyah di Syam (Syria) merupakan pemerintah yang mula-mula sekali
menekankan penggunaan tulisan khat. Pemerintah Umaiyah telah mengambil langkah
mengembangkan seni khat semenjak mula lagi dengan menggunakan ukiran di marmar
dan lantai batu berbunga, ukiran huruf dan bunga-bunga di masjid, umpamanya
kubah Masjid Baitul Maqdis, Masjid Umawi di Damsyiq, Istana Khiar dan Istana
Jusaq. Manakala golongan yang kaya pula berusaha menghiasi al-Quran dengan
menjilidkannya serta menghiasi dinding-dinding istana dengan tulisan-tulisan khat
yang indah.
4. Zaman
Pemerintahan Abbasiyah
Terdapat dua tokoh yang terkenal iaitu
al-Dhahlaq bin Ajalan semasa pemerintahan Abu al-Abbas al-Saffah dan khattat
Ishaq bin Hammad pada masa pemerintahan khalifah al-Mansur dan al-Mahdi. Pada
zaman pemerintahan kedua-dua khalifah, terdapat sebelas jenis khat, antaranya:
·
Khat Al-Sijillat
·
Khat Al-Jalil
·
Khat Al-Dibaj
·
Khat Al-Tumar
·
Khat Al- Thuluthain
·
Khat Zanbur (dari Thaqil Thuluth)
·
Khat Al-Mufattah
·
Khat Al-Mudammirat
·
Khat Al-Uhud (dari khat Al-Haram)
·
Khat Al-Qasas
·
Khat Al-Khirfaj (dari khat Dibaj)
Kemuncak Estetika Seni Khat
Keindahan seni khat telah sampai ke
kemuncaknya pada tahun 300 Hijrah di tangan ‘bapa’ khat Arab, iaitu Abu Ali
Muhammad bin Muqlah, merupakan seorang penulis, penyair, khattat (penulis khat)
dan seorang menteri di Baghdad (272-328H / 885-939M). Beliau mempelajari khat
daripada al-Ahwal al-Muharral dan merupakan orang yang mula-mula mencipta
kaedah menilai penulisan khat dengan menggunakan alif sebagai asas penentuan
bentuk huruf, maka terhasillah daripadanya khat yang indah dengan kaedah yang
mantap ini dan seterusnya berkembang di timur dan barat
5. Zaman Kerajaan
Fatimiyah
Pada tahun 259-566 Hijrah, pelbagai usaha
telah dijalankan untuk meningkatkan kehebatan seni khat melalui pendekatan
pengindahan pada istana-istana, singgahsana, peralatan rumah, hadiah atau
barang-barang antik mereka. Pusat seni khat di Mesir atau dikenali sebagai
Dewan Insya’ di ketuai oleh seorang penulis yang handal dan diberikan gelaran
sebagai ‘Dastus-Syarif’. Kerajaan Fatimiyah sentiasa memberikan perhatian
kepada seni khat terutamanya pada zaman Kerajaan al-Ayubi dan kerajaan Mamluki.
6. Zaman Pemerintahan
Kerajaan Turki
Antara langkah-langkah yang diambil oleh
kerajaan Turki untuk memperindah dan mengembangkan seni khat ialah :
Masyarakat memberikan penilaian yang
tinggi kepada seni khat, kerana penulis khat berperanan menulis al-Quran,
menyalin penulisan sastera dan syair dengan indah berilhamkan ayat-ayat
al-Quran dan Hadis.
Kerajaan Turki telah menggunakan pelbagai
jenis khat dalam pentadbiran kerajaan, urusan diraja dan ketenteraan. Dalam
kurun kesebelas hijrah umpamanya, terdapat lebih kurang 30 jenis tulisan.
Pemerintahan Kerajaan Turki amat
menyanjungi tokoh khat dan seni khat. Ini terbukti apabila penulis buku
Mira’tul-Haramain (Cermin Dua Tanah Haram) mengatakan: “Penulis khat sultan
mendapat gaji sebanyak 400 lera emas Uthmaniyah sebulan”.
Kerajaan Uthmaniyah menonjolkan seni khat
sebagai satu ciri publisiti untuk mengukuhkan dasar pemerintahan terhadap
rakyat. Di masjid agung Bursyah, Turki umpamanya terdapat slogan berbunyi
“Sultan adalah bayangan Allah s.w.t di muka bumi”, dengan ukuran empat meter
persegi. Demikian juga terdapat pelbagai slogan di dalam masjid yang lain di Istanbul
bertujuan sebagai publisiti kepada sultan. Antaranya ungkapan “pemerintahan
yang memberi ilham”, “doa sultan sumber keampunan”, dan lain-lain lagi.
Gereja-gereja banyak dihiasi dengan
patung-patung dan gambar-gambar, lalu kerajaan Uthmaniyah menampilkan imej
Islam melalui pendekatan menghiasi masjid-masjid dengan tulisan khat. Tulisan
khat juga diabadikan untuk memperindah tembok-tembok istana, kolam mandi,
bangunan di perkuburan, air pancutan, peralatan, barang-barang kemas dan
pakaian.
Islam menolak penggunaan bentuk tulisan
dan gambar. Ini memberikan cabaran kepada mereka yang mempunyai bakat seni
dalam dirinya untuk menggambarkan aspirasinya. Dengan ini membuka ruang yang
luas kepada seni khat mengambil alih tugas tersebut.
contoh bentuk khat:
contoh bentuk khat: